BALIHO HOHOHO
Terima kasih kuucapkan, atas segala kesediaannya di sepanjang jalan di Indonesia Raya, kalian tersenyum, tertawa lebar tanpa pamrih. Tanpa minta bayaran. Di sepanjang jalan perkotaan dan pedesaan menghias wajah penuh ketulusan. Senyum manis menarik hati. Di jalan-jalan yang sering menghabiskan banyak nasi bungkus saat musim demo tiba, wajah kalian merajalela.
Apa yang harus kami katakan atas semua suara merdu kalian, udara yang penuh dengan janji pengabdian pada negeri ini? Kami mendengar dengan takzim, sementara lambung tiba-tiba penuh dengan angin, dan kami pun terkentut-kentut dengan riang.
Terkadang, kami sampai terlelap mendengar petitah-petitih kalian yang suci. Suara kalian sungguh membuat hati kami tenteram. Serempak kami ngorok dengan lembut, dengan suara mendesis-desis serupa ibu-ibu yang tekejut dengan kenaikan harga daleman.
Saran kami kepada kalian yang budiman, tak perlu sajak bermetafora pintar, pidato rumit mencekam, atau senyum di banyak-banyak baliho terpasang. Meski para konsultan politik menyampaikan,
"Hidup bisa selamanya. Kekuasaan bisa tidak fana, tinggal atur saja. Bahkan bisa dinegokan sendiri dengan Tuhan."
Ini sungguh menggelikan.
Kalian tenang saja. Kami pasti memilih salah satu dari kalian, meski bukan terbaik di hati yang berkenan. Kami ingat, ribuan tahun yang lalu Plato pernah berkata,
"Salah satu hukuman menolak berpartisipasi dalam politik adalah akhirnya kita diperintah oleh orang tidak kompeten."
Jadi kami tetap akan memilih, salah satu dari kalian. Tentu dengan pertimbangan yang rasional, yang tidak membuat kami terlelap dan terkentut-kentut.
Komentar
Posting Komentar